Penerapan “Guna dan Citra” dalam Arsitektur Nusantara Studi Kasus: Uma Mbatangu, Tongkonan, dan Sulah Nyanda
Abstract
Konsep berarsitektur yang berpijak pada “guna dan citra” adalah romo Mangunwijaya, melalui suatu objek arsitektur dianalogikan sebagai suatu esensi yang berkaitan dengan makna. Sehingga, suatu bangunan diandaikan sebagai suatu yang mempunyai jiwa dan daya bagi penghuninya. Hal tersebut berhubungan dengan faktor seni dan teknis dari tektonika yang terdapat pada bangunan, contohnya seperti pada bangunan rumah adat. Arsitektur nusantara berasal dari kekreatifan masyarakat setempat. Suatu konsep dalam arsitektur yang banyak mencerminkan kebudayaan setempat dan lingkungan alam sekitarnya menjadi landasan utama dari arsitektur nusantara, yang digambarkan dalam nilai-nilai dan makna yang tersembunyi dibalik bentuk rupa fisiknya. Tujuan dari penelitian ini untuk lebih memberi gambaran bahwa dalam wujud fisik arsitektur nusantara juga memiliki sebuah aspek citra dan aspek guna. Obyek penelitian yang digunakan yaitu rumah adat Sumba (Uma Mbatangu), rumah Adat Toraja (Tongkonan), dan rumah adat Baduy (Sulah Nyanda). Metode penelitian yang dilakukan menggunakan metode kualitatif deskriptif didukung dengan pengumpulan data melalui studi literatur. Hasil dari penelitian ini dapat memperlihatkan walaupun arsitektur nusantara cenderung terlihat sebagai bangunan yang tidak modern, tetapi dapat memperlihatkan aspek guna dan citra yang masih memunculkan kenyamanan penghuni
Copyright (c) 2024 Krisnina Dohan Limantara, josephine roosandriantini
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
With the receipt of the article by the journal LingKAr and the decision to be published, then the copyright regarding the article will be diverted to Journal of Journal LingKAr. Darma Cendika Catholic University as the publisher of Journal of journal LingKAr hold the copyright regarding all the published articles in this journal.